Mendekonstruksi Alibi: Penggunaan Analisis Wacana dalam Linguistik Forensik

 


Linguistik forensik, sebagai cabang yang muncul dari perpaduan linguistik dan bidang hukum, telah menjadi bidang penelitian yang semakin penting dalam sistem peradilan modern. Salah satu aspek penting dalam investigasi kriminal adalah verifikasi atau pembongkaran alibi yang diajukan oleh tersangka. Alibi, sebagai suatu pernyataan yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat berada di tempat kejadian pada waktu tertentu, sering kali menjadi elemen kunci dalam menentukan keberadaan atau ketidakhadiran seseorang pada tempat dan waktu yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, alibi dapat dianggap sebagai suatu bentuk teks yang dapat diuraikan, dianalisis, dan dipelajari untuk mengungkap kebenarannya.


Mengurai Teks Alibi

Analisis wacana adalah pendekatan linguistik yang bertujuan untuk menganalisis bahasa dalam konteks sosial, budaya, dan situasional. Dalam mendekonstruksi alibi, analisis wacana dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian antara pernyataan alibi dan konteks yang ada. Sebagai contoh, pilihan kata, struktur kalimat, dan pergeseran waktu dalam pernyataan alibi dapat memberikan petunjuk tentang kebenarannya.


Dalam analisis wacana, peneliti dapat melihat pemilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh tersangka ketika menggambarkan keadaan atau aktivitas mereka pada waktu yang bersangkutan. Keterlibatan emosi, penggunaan kata-kata yang sangat spesifik, dan kejanggalan dalam pemilihan kosakata dapat memberikan petunjuk bahwa alibi tersebut tidak otentik.


Selain itu, analisis sintaksis juga dapat membantu dalam mendeteksi kesenjangan atau inkonsistensi dalam narasi alibi. Pergeseran waktu yang tidak konsisten, penggunaan tenses yang tidak tepat, atau ketidakcocokan struktural dalam kalimat-kalimat alibi dapat mengindikasikan adanya upaya untuk mengaburkan kebenaran.


Salah satu contoh penerapan analisis wacana dalam linguistik forensik adalah ketika ditemukan bahwa seorang yang menjadi tersangka ternyata secara konsisten menggunakan frasa "rumah saya" tanpa memberikan deskripsi yang lebih rinci. Penggunaan frasa ini secara berulang kali dapat menunjukkan adanya upaya untuk menyembunyikan informasi penting, seperti lokasi yang sebenarnya pada waktu tersebut.


Dalam analisis lebih lanjut, ternyata ditemukan bahwa tersangka menggambarkan serangkaian peristiwa yang terjadi pada malam tersebut dengan sangat terperinci, tetapi ketidaksesuaian waktu dan urutan peristiwa mengarah pada dugaan bahwa alibi tersebut direkayasa (***)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama