Tujuan Analisis Kesalahan



Sebelum kita membicarakan tujuan Analisis Kesalahan (anakes), ada baiknya kita singgung sedikit tentang apa yang dimaksud dengan Anakes. Anakes adalah pengkajian segala aspek kesalahan (berbahasa) (Tarigan & Tarigan, 1990:67). Sementara Dulay, dkk menyebutkan bahwa kesalahan (errors) adalah sisi kesalahan pada tulisan dan bicara siswa. Kesalahan-kesalahn tersebut merupakan bagian dari percakapan atau karangan yang menyimpanjg dari norma performansi bahasa yang matang atau dewasa (Dulay, dkk, 1982:138).

Kadang-kadang para peneliti membedakan antara kesalahan yang disebabkan keletihan dan tidak perhatian (Chomsky menyebutnya performance), dan kesalahan-kesalahan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang aturan-aturan bahasa (competence). Dalam banyak literatur B2, kesalahan-kesalahan karena performansi disebut mistakes, sedangkan istilah errors mengacu pada penyimpangan-penjyimpanagan sistematis karena pengetahuan siswa tentang sistem B2 yang masih berkembang (Dulay, dkk, m1982:139).

Analisis Kesalahan timbul sebagai akibat dari sering terjadinya kesalahan yang dilakukan siswa pada saat belajar bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2). Harus diakui bahwa kesalahan yang timbul tersebut, suka atau tidak suka, menghambat dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa. Oleh sebab itu, maka kesalahan yang timbul harus dikurangi bahkan jika memungkinkan ditiadakan sama sekali.

Tujuan Analisis Kesalahan

Dulay, dkk menyebutkan bahwa Anakes mempunyai dua tujuan utama, yaitu 1) memberikan data yang dari data-data tersebut inferensi tentang hakikat proses belajar bahasa dapat dibuat, dan 2) ia akan dapat memperlihatkan kepada guru-guru dan pengembang kurikulum bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar dipelajari oleh si pembelajar secara tepat dan jenis kesalahan apa yang paling mengganggu si pembelajar untuk mampu secara efektif (Dulay, dkk, 1982:183).

Tujuan Anakes sebagaimana yang dirumuskan Dulay, dkk tersebut menurut Sridar (1975) yang dikutip Diah pada intinya adalah pragmatik yang bermuara pada perancangan bahan-bahan pengajaran dan strategi belajar mengajar yang secara pedagogis lebih baik karena dengan mengidentifikasi hal-hal yang sukar bagi si pembelajar guru dan/atau pengembang kurikulum akan dapat: 1) menentukan urutan penyajian butir-butir kebahasaan yang akan diajarkan di dalam buku teks dan/atau di dalam kelas dengan menempatkan butir-butir yang sukar setelah butir-butir yang lebih mudah, 2) menentukan tingkat penekanan yang diberikan, bentuk penyajian dan latihan yang kesemuanya akan membantu si pembelajar memahami berbagai butir kebahasaan bahasa sasaran, 3) merancang pelajaran-pelajaran dan latihan-latihan yang bersifat remedial, dan 4) menyeleksi butir-butir untuk keperluan menguji kemampuan si pembelajar (Diah, tt:3).

Tujuan Anakes versi Dulay, dkk tersebut cenderung bersifat aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa siswa dan mengabaikan tujuan yang bersifat teoritis, yaitu tujuan yang berupa penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai performansi siswa. Padahal menurut Tarigan dan Tarigan tujuan Anakes seharusnya tidak hanya bersifat aplikatif tetapi juga bersifat teoritis.

Pengkajian kesalahan para siswa dalam B2 yang sedang dipelajarinya menghasilkan pemahaman mendalam tentang:
a. hakikat strategis belajar bahasa
b. hipotesis yang digunakan oleh siswa
c. hakikat sistem komunikasi fungsional atau bahasa yang disusun siswa

Oleh karena itu, aspek teoritis Anakes sama pentingnya dengan pengkajian itu sendiri, yakni pemerolehan bahasa anak-anak tersebut pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.

Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat aplikatif kurang memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang memandang pengajaran bahasa dari sudut pandang guru. Kini pengajaran bahasa harus pula dilihat dari sudut pandang siswa. Dengan perkataan lain, reorientasi tujuan Anakes menghasilkan rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi 1) tujuan yang bersifat teoritis,dan 2) tujuan yang bersifat aplikatif (1990:77).

Kesalahan maupun kekeliruan yang dilakukan si pembelajar pada saat belajar bahasa target merupakan hal yang wajar karena tidak ada proses belajar yang tanpa ada hambatan sama sekali. Menyikapi hal ini Saryono (dalam Nurhadi, 1987:247), misalnya, menganggap adalah kurang bijaksana apabila seorang guru langsung menyuruh pembelajar untuk memperbaiki kesalahan yang dibuatnya tanpa memberikan kesempatan si pembelajar mempergunakan ranah kognitifnya.

Daftar Pustaka

Diah, Mohammad. tt. Analisis Kesalahan (Bahan Kuliah). Palembang: Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Dulay, Heidy, dkk. 1982. Language Two. New York: Oxford University.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Saryono, Djoko. 1987.”Urutan Pemerolehan Bahasa Kedua dan Implikasinya dalam Pengajaran Bahasa Kedua”. Dalam Nurhadi, Ed. Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama